Kualitas data sangat ditentukan atau tergantung pada kualitas alat pengambil data atau alat pengukurnya. Apabila alatnya reliabel dan valid, maka data yang diambil (dikumpulkan) juga akan reliabel dan valid. Walaupun demikian, ada hal yang masih perlu kita pertimbangkan, yaitu prosedur pengambilan data. Pengambil data dalam penelitian juga sangat besar peranannya. Tes psikologis, misalnya, tidak bisa dipercayakan begitu saja kepada orang yang kurang kompeten di bidang itu, penggunaan alat laboratorium tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki lansasan atau dasar-dasar praktik laboratorium. Pewawancara tidak akan bisa dilakukan oleh seseorang yang tidak memiliki keterampilan dan kemahiran berwawancara dan sebagainya.
Prosedur pengumpulan data ini menuturkan bagaimana data penelitian itu diperoleh. Apabila data diperoleh dengan tes, bagaimana caranya, kapan waktunya, berapa lama tes itu diberikan, siapa saja yang terlibat, dan sebagainya. Apabila data itu dikumpulkan dengan kuesioner, bagaimana caranya kuesioner itu diberikan, siapa yang melakukan, disertai teknik apa saja, dan lain sebagainya.
Terdapat empat jenis metode pengumpulan data yaitu:
KUESIONER
Data yang diungkap dalam penelitian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: fakta, pendapat, dan kemampuan. Untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes. Perlu kita pahami bahwa yang dapat dikenai tes bukan hanya manusia. Mesin mobil jika akan diketahui masih baik atau tidak, data kemampuannya seberapa, juga dites dengan alat tertentu. Untuk manusia, instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi.
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data. Memang kuesioner baik, asal cara dan pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam penelitian. Sebelum kuesioner disusun, maka harus dilalui prosedur.
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
2. Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan tunggal.
4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya.
Penentuan sampel sebagai responden kuesioner perlu mendapat perhatian pula. Apabila salah menentukan sampel, informasi yang kita butuhkan barangkali tidak kita peroleh secara maksimal. Kita ambil contoh, kita ingin mengetahui daya tarik orang terhadap kuesioner. Maka kita mengirimkan ribuan kuesioner kepada responden secara acak melalui buku telepon dan meminta mereka untuk mengembalikan lewat pos berlangganan, jadi responden tidak perlu membeli perangko. Hasilnya dapat ditebak, yaitu bahwa semua responden akan suka dengan kuesioner. Mengapa? Tentu saja, responden yang tidak suka dengan kuesioner akan membuang kuesioner ke tempat sampah atau dijadikan bungkus kacang.
Angket anonim memang ada kebaikannya karena responden bebas mengemukakan pendapat. Akan tetapi penggunaan angket anonim mempunyai beberapa kelemahan pula.
1. Sukar ditelusuri apabila ada kekurangan pengisian yang disebabkan karena responden kurang memahami maksud item.
2. Tidak mungkin mengadakan analisis lebih lanjut apabila peneliti ingin memecah kelompok berdasarkan karakteristik yang diperlukan.
Berbagai penelitian memberikan gambaran hasil bahwa tidak ada perbedaan ketelitian jawaban yang diberikan oleh orang dewasa, baik yang anonim maupun yang bernama. Faktor-faktor yang mempengaruhi perlu tidaknya angket diberi nama adalah:
1. Tingkat kematangan responden.
2. Tingkat subjektivitas item yang menyebabkan responden enggan memberikan jawaban (misalnya gaji untuk pria dan umur untuk wanita).
3. Kemungkinan tentang banyaknya angket.
4. Prosedur (teknik) yang akan diambil pada waktu menganalisis data.
Salah satu kelemahan metode angket adalah bahwa angketnya sukar kembali. Apabila demikian keadaannya maka peneliti sebaiknya mengirim surat kepada responden yang isinya seolah-olah yakin bahwa sebenarnya angketnya akan diisi tetapi belum mempunyai waktu. Surat yang dikirim itu hanya sekadar mengingatkan.
WAWANCARA
Di samping memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data, dengan metode interview peneliti harus memikirkan tentang pelaksanaannya. Memberikan angket kepada responden dan menghendaki jawaban tertulis, lebih mudah jika dibandingkan dengan mengorek jawaban responden dengan bertatap muka.
Sikap pada waktu datang, sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan, kesabaran serta keseluruhan penampilan, akan sangat berpengaruh terhadap isi jawaban responden yang diterima oleh peneliti. Oleh sebab itu, maka perlu adanya latihan yang intensif bagi calon interviewer (penginterviu).
1. Agar tidak ada pokok-pokok yang tertinggi.
2. Agar pencatatannya lebih cepat.
Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara :
1. Pedoman wawasan tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis interviu ini cocok untuk penilaian khusus.
2. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda √ (check) pada nomor yang sesuai.
Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk “semi structured”. Dalam hal ini maka mula-mula interviewer menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.
Sebagai contoh misalnya kita akan menyelidiki pengetahuan dan pendapat mahasiswa tentang perguruan tinggi di mana mereka kuliah. Pertama-tama mereka kita tanya tentang tahun berapa masuk, sekarang di tingkat berapa, mengambil mata kuliah apa saja, ekstra kurikuler apa yang diikuti dan sebagainya, kemudian diikuti dengan pertanyaan, antara lain sebagai berikut :
- Pada tahun Saudara masuk, jurusan apa saja yang ada?
- Apakah Saudara lancar menaiki jenjang dari tahun ke tahun?
- Bagaimana sistem penentuan tingkat/sistem kenaikan tingkat?
- Apakah program studi yang diberikan cocok dengan keperluan Saudara jika sudah lulus?
OBSERVASI
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekadar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Misalnya kita memperhatikan reaksi penonton televisi itu, bukan hanya mencatat bagaimana reaksi itu, dan berapa kali muncul, tetapi juga menilai, reaksi tersebut sangat, kurang, atau tidak sesuai dengan yang kita kehendaki.
Sebagai contoh dapat dikemukakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui proses belajar-mengajar di kelas. Variabel yang akan diungkap didaftar, kemudian di tally kemunculannya, dan jika perlu kualitas kejadian itu dijabarkan lebih lanjut.
DOKUMENTASI
Tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.
Dalam menggunakan metode dokumentasi ini peneliti memegang check-list untuk mencari variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat/muncul variabel yang dicari, maka peneliti tinggal membubuhkan tanda check atau tally di tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar variabel peneliti dapat menggunakan kalimat bebas.