Selasa, 31 Mei 2011

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

A. PENDAHULUAN

Jajaran pengelola pendidikan, baik instansi yang membawahi sekolah, sekolah maupun guru sebagai pelaksana lapangan pendidikan, diharapkan mampu mewujudkan tujuan minimal standar pendidikan nasional yaitu membentuk manusia berkualitas yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Guru, secara fungsional memegang peranan sangat menentukan dalam keberhasilan pembelajaran siswa. Tugas guru mencakup banyak aspek, merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, membimbing siswa, mengevaluasi proses dan hasil belajar. Tak kalah penting, meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran tersebut.

Permasalahan yang berkenaan dengan siswa di kelas, jika tidak dicari solusi dan dibiarkan berlalu begitu saja, akan lebih kompleks dan berlarut-larut. Akibatnya, akan dirasakan pada ketidak-kompetenan siswa di masyarakat yang berhubungan dengan materi pelajaran. Contoh, dalam pembelajaran IPA di SMP tentang materi bahan kimia rumah tangga, siswa belum tuntas kemungkinan akan menerapkan kompetensi yang salah. Misalnya, siswa di rumah mencampurkan bahan pemutih pakaian dan detergen. Padahal, salah satu tujuan dari pembelajaran materi itu menyebutkan bahayanya bahan kimia rumah tangga, antara lain siswa memahami, bahan pemutih tidak boleh dicampur dengan detergen karena akan timbul gas klorin yang berbahaya bila terhirup.

Salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan non pembelajaran secara profesional dan kolaboratif lewat penelitian tindakan kelas. Upaya meningkatkan kompetensi guru untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran akan berdampak positif ganda. Pertama, kemampuan dalam menyelesaikan masalah pembelajaran akan semakin meningkat. Kedua, penyelesaian masalah pembelajaran melalui sebuah investigasi terkendali akan dapat meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, sarana/prasarana, dan hasil belajar. Dan Ketiga, peningkatan kedua kemampuan tadi akan bermuara pada peningkatan kualitas lulusan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik di sini berarti pihak yang terlibat (kolaborator dan guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar berarti sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian tindakan.

B. APAKAH PTK ITU?

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk individual dan kaloboratif, yang dapat disebut PTK individual dan PTK kaloboratif. Dalam PTK individual seorang guru melaksanakan PTK di kelasnya sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam PTK kaloboratif beberapa orang guru secara sinergis melaksanakan PTK di kelas masing-masing dan diantara anggota melakukan kunjungan antar kelas.

PTK memiliki sejumlah karakteristik sebagai berikut :

  • Bersifat siklis, artinya PTK terlihat siklis-siklis (perencanaan, pemberian tindakan, pengamatan dan refleksi), sebagai prosedur baku penelitian.
  • Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data yang diperlukan, bukan "sekali tembak" selesai pelaksanaannya.
  • Bersifat partikular-spesifik jadi tidak bermaksud melakukan generalisasi dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnyapun tidak untuk digeneralisasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan ditempat lain yang konteksnya mirip.
  • Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekaligus pelaku perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan ganda, yakni sebagai orang yang meneliti sekaligus yang diteliti pula.
  • Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti; bukan menurut sudut pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang diteliti.
  • Bersifat kaloboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.
  • Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru; menggarap masalah-masalah besar.
  • Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian.
  • Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statistik yang sederhana, bukan yang rumit.
  • Bermaksud mengubah kenyataan, dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan menguji hipotesis.

Tujuan PTK sebagai berikut :

  • Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran.
  • Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
  • Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu.
  • Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.
  • Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan media) yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran.
  • Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan inovatif guru.
  • Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau asumsi.

Manfaat PTK sebagai berikut:

  • Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.
  • Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung professionalisme dan karir guru.
  • Mampu mewujudkan kerja sama, kolaborasi, dan atau sinergi antar-guru dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
  • Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini memperkuat dan relevansi pembelajaran bagi kebutuhan siswa.
  • Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun dapat ditingkatkan.
  • Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.

C. DIAGNOSIS DAN PENETAPAN MASALAH

Masalah PTK hendaknya berasal dari persoalan-persoalan praktis yang dihadapi guru di kelas. Oleh karena itu, diagnosis masalah hendaknya tidak dilakukan oleh seseorang lalu ”ditawarkan” kepada guru untuk dipecahkan tetapi sebaiknya dilakukan bersama-sama oleh guru dengan kolaborator. Guru yang telah berpengalaman melakukan penelitian tindakan kelas mungkin dapat langsung mengatakan permasalahan yang dihadapinya yang mungkin dapat diteliti bersama dan kemudian membahas masalah tersebut dengan kolaborator. Lain halnya dengan guru yang belum berpengalaman dalam PTK. Guru tersebut mungkin belum dapat secara langsung mengemukakan permasalahan yang mungkin dapat diteliti bersama kolaborator. Dalam hal ini kolaborator perlu meminta izin kepada guru untuk hadir di kelas dan mengamati guru mengajar. Setelah pembelajaran berakhir kolaborator dapat terlebih dahulu menanyakan kepada guru masalah apa yang dirasakan guru pada saat pembelajaran sebelum mengusulkan salah satu permasalahan yang dipikirkan kolaborator. Kolaborator baru-boleh mengajukan permasalahan bila guru tidak dapat mendeteksi adanya masalah di kelasnya.

Di dalam mendiagnosis masalah untuk PTK ini guru dan kolaborator harus ingat bahwa tidak semua topik penelitian dapat diangkat sebagai topik PTK. Hanya masalah yang dapat “dikembangkan berkelanjutan” dalam kegiatan harian selama satu semester atau satu tahun yang dapat dipilih menjadi topik. “Dikembangkan berkelanjutan” berarti bahwa setiap waktu tertentu, misalnya 2 minggu atau satu bulan, rumusan masalahnya, atau hipotesis tindakannya, atau pelaksanaannya sudah perlu diganti atau dimodifikasi. Dalam kegiatan di kelas, guru dapat mencermati masalah-masalah apa yang dapat dikembangkan berkelanjutan ini dalam empat bidang yaitu yang berkaitan dengan pengelolaan kelas, proses belajar-mengajar, pengembangan/penggunaan sumber-sumber belajar, maupun sebagai wahana peningkatan personal dan profesional.

PTK yang dikaitkan dengan pengelolaan kelas dapat dilakukan dalam rangka: 1) meningkatkan kegiatan belajar-mengajar, 2) meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar, 3) menerapkan pendekatan belajar-mengajar inovatif, dan 4) mengikutsertakan pihak ketiga dalam proses belajar-mengajar. PTK yang dikaitkan dengan proses belajar mengajar dapat dilakukan dalam rangka: 1) menerapkan berbagai metode mengajar, 2) mengembangkan kurikulum, 3) meningkatkan peranan siswa dalam belajar, dan 4) memperbaiki metode evaluasi. PTK yang dikaitkan dengan pengembangan/penggunaan sumber-sumber belajar dapat dilakukan dalam rangka pengembangan pemanfaatan 1) model atau peraga, 2) sumber-sumber lingkungan, dan 3) peralatan tertentu. PTK sebagai wahana peningkatan personal dan profesional dapat dilakukan dalam rangka 1) meningkatkan hubungan antara siswa, guru, dan orang tua, 2) meningkatkan “konsep diri” siswa dalam belajar, 3) meningkatkan sifat dan kepribadian siswa, serta 4) meningkatkan kompetensi guru secara profesional. Jadi, masalah penelitian yang dipilih hendaknya memenuhi kriteria “dapat diteliti”, dapat “ditindaki”, dan “ditindaklanjuti”.

Dari sekian banyak kemungkinan masalah, guru bersama kolaborator perlu mendiagnosis masalah apa atau masalah mana yang perlu diprioritaskan pemecahannya dalam penelitian yang akan dilakukan bersama itu. Penetapan masalah hendaknya dilakukan bersama oleh kolaborator dan guru setelah menganalisis seluruh pilihan masalah, minat, dan keinginan guru serta kolaborator (bersama) untuk memecahkan salah satu atau beberapa di antaranya. Penetapan masalah ini ditandai dengan penentuan permasalahan yang akan diteliti dan perumusan fokus masalahnya. Rumusan fokus masalah yang mungkin ditetapkan bersama antara guru dan kolaborator dapat berupa rumusan sebagai berikut: Bagaimana membelajarkan siswa materi tertentu agar siswa mau dan mampu belajar?

Masalah-masalah lain yang mungkin dihadapi guru dapat berupa:

  • Bagaimana meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar? yang “ideal” itu dapat meningkatkan antusiasme siswa sehingga mereka sepertinya “tidak sabar” menunggu-nunggu datangnya jam pelajaran yang dibina oleh guru tersebut;
  • Bagaimana mengajak siswa agar di kelas mereka benar-benar aktif belajar (aktif secara mental maupun fisik, aktif berpikir)?
  • Bagaimana menghubungkan materi pembelajaran dengan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari agar mereka dapat menggunakan pengetahuan dan pemahamannya mengenai materi itu dalam kehidupan sehari-hari dan tertarik untuk mempelajarinya karena mengetahui manfaatnya?
  • Bagaimana memilih strategi pembelajaran yang paling tepat untuk membelajarkan materi?
  • Bagaimana melaksanakan pembelajaran kooperatif?.

Guru diharapkan memfokuskan penelitian dengan jelas setelah melakukan refleksi mengenai apa yang terjadi yang memunculkan masalah dan apa isu serta peristiwa yang terkait dengan masalah. Isu atau masalah itu harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang dapat diteliti dan diidentifikasi tujuan meneliti masalah tersebut.
Isu atau topik yang ingin diteliti: Definisikan apa isu atau peristiwa yang menimbulkan permasalahan.


D. PROSEDUR PELAKSANAAN PTK

Menyusun proposal PTK

Dalam kegiatan ini perlu dilakukan kegiatan pokok, yaitu; (1) mendeskripsikan dan menemukan masalah PTK dengan berbagai metode atau cara, (2) menentukan cara pemecahan masalah PTK dengan pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu, (3) memilih dan merumuskan masalah PTK baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan masalah dan cara pemecahannya, (4) menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai dengan masalah yang ditetapkan, (5) memilih dan menyusun persfektif, konsep, dan perbandingan yang akan mendukung dan melandasi pelaksanaan PTK, (6) menyusun siklus-siklus yang berisi rencana-rencana tindakan yang diyakini dapat memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, (7) menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen yang diperlukan untuk menjaring data PTK, (8) menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data PTK.

Melasanakan siklus (rencana tindakan) di dalam kelas

Dalam kegiatan ini diterapkan rencana tindakan yang telah disusun dengan variasi tertentu sesuai dengan kondisi kelas. Selama pelaksanaan tindakan dalam siklus dilakukan pula pengamatan dan refleksi. baik pelaksanaan tindakan, pengamatan maupun refleksi dapat dilakukan secara beiringan, bahkan bersamaan. Semua hal yang berkaitan dengan hal diatas perlu dikumpulkan dengan sebaik-baiknya.

Analisis data

Menganalisis data yang telah dikumpulkan baik data tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, maupun refleksi. Analisis data ini harus disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil analisis data ini dipaparkan sebagai hasil PTK. Setelah itu, perlu dibuat kesimpulan dan rumusan saran.

Menulis laporan PTK,

Menulis laporan PTK dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan menganalisis data. Dalam kegiatan ini pertama-tama perlu ditulis paparan hasil-hasil PTK. Paparan hasil PTK ini disatukan dengan deskripsi masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kajian konsep atau teoritis.

E. PENUTUP

Stagnasi atau kemandekan kualitas hasil pembelajaran tidak perlu terjadi, bila semua guru mampu mengevaluasi apa yang menjadi inti permasalahan di kelas. Tentu saja diperlukan itikad baik dan kemauan besar dari guru. Sehingga akhirnya diperoleh jawaban, permasalahan timbul dari diri siswa atau kualifikasi guru dalam mengelola kelas yang harus dievaluasi.

Uraian singkat pada makalah ini merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan guru dengan cara mengimplementasikan pengetahuan dan kemampuannya untuk mencari jawaban masalah penelitiannya.

Akhir kata, saya ingatkan kembali bahwa profesi guru adalah profesi yang memerlukan pengembangan terus-menerus, karenanya setiap guru harus selalu siap, mau, dan mampu untuk membelajarkan dirinya sepanjang hayat agar dapat lebih mampu membelajarkan anak didiknya. PTK merupakan salah satu sarana belajar sepanjang hayat yang penting yang perlu dikuasai oleh setiap guru yang mau mengembangkan keprofesionalannya.

F. DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Ketenagaan. 2006. Pelatihan Metodologi PPKP dan PTK. Dikti.

Herawati Susilo dan Kisyani Laksono. 2006. Implementasi Penelitian Tindakan Kelas. www.ekofeum.or.id. (diakses tanggal 14 Nopember 2006).

Rustam dan Mundilarto. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Dikti.

26 komentar:

  1. copy paste dulu buat belajar.. :)

    BalasHapus
  2. desi (6a)
    trimakasih.materi ptkny pak...

    BalasHapus
  3. Bapak mau tanya... saya pernah mendengar kalo PTK itu hanya boleh dilakukan oleh guru,, lalu apakah kita yg masih calon guru boleh melakukan PTK pak?
    terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dosenku bilang, buat kita yang masih calon guru belum bisa melakukan PTK,paling bisanya experiment research. kalo kita tetap bersikeras pengen melakukan PTK, kita harus colab sama guru yang bersangkutan, menawarkan metode yang kita rumuskan dan bersama-sama mengujinya di kelas. sesuai dgn apa ang bapak jelaskan diatas.

      Hapus
  4. bisa dijadikan refereNsi....
    coZ kelompok PTK lum maju mempresentasikN......

    BalasHapus
  5. muhammad alie muzakki (6 B)6 Juni 2011 pukul 19.48

    pak apakah statement ini benar, bahwa PTK HARUS nyata berakar dari masalah yang berada didalam kelas?
    jika benar,ketika saya sebagai mahasiswa belum memiliki pengalaman sebagai seorang guru untuk mencari permasalahan yang perlu diteliti dikelas terutama karena kita belum pernah PPL2 pasti perlu kejelian dalam mencari dan mendapat permasalah yang perlu diteliti. bagaimana kita sebagai mahasiswa ini mampu menemukan masalah dan melakukan PTK tersebut dalam waktu sisa jika kita ingin selesai disemester 8 kami?
    mohon penjelasan pula mengenai penetapan siklus peneletian diatas pak?
    terima kasih sebelumnya

    BalasHapus
  6. maaf kut mengemukakaN pendapat......
    menurut Q mas zaki masalah terbesarM adalah pandaNgan u yG menganggap bahwa Qt hanya diperbolehkN menggunakaN penelitiaN PTK untuk lulus di S1 ini. sehingga menjadikaN mas zaki memilih metode penelitian dulu baru memikirkan masalah...padahal setahu saya Qt diberi kebebasaN untuk memilih PTK, pembuatan alat peraga, dan eksperimeN.
    tu yG membuat mas zaki kebingungan pingin cepet lulus, tapi lum ppl2.
    saran Q mas zaki pilih masalah terlebih dahulu ru menentukaN metode penelitiannya...jangan terpacu harus PTK....nek pingin cepet lulus
    (hehehe....maaf sok menggurui)

    BalasHapus
  7. muhammad alie muzakki (6 B)8 Juni 2011 pukul 00.38

    to ana:
    terima kasih buat komennya.
    dan ilmu yang ditekankan pak harto mengenai pemilihan dan penentuan masalah merupakan modal awal yang harus dimiliki untuk research telah melekat pada kamu! mantap!

    kalo masalah mindset harus PTK kurang tepat untuk saya.

    hanya saja saya pengen mendengar dari pak harto langsung, dari pengalaman beliau membimbing banyak skripsi PTK idealnya, perlu waktu berapa lama untuk PTK ini berlangsung karena banyak variabel yang harus di sincronisasi dari sekilas saya mencari informasi dari senior-senior. Memprediksi permasalahan umum yang muncul ketika PTK dan penanganannya sehingga nantinya bisa dipertimbangkan. apalagi kalo memadukan buat alat peraga dan memPTKkan alat peraga tersebut! tambah mantap!

    BalasHapus
  8. " PTK dijadikan metode penelitian dalam menyusun skripsi akhir-akhir ini apakah dibatasi Pak???
    Saya denger-denger dari kakak kelas memang kayak gitcu,,,
    kalau memeang dibatasi apa sebabnya????

    BalasHapus
  9. Urk mbak Mint dan mas Zaki: Karakteristik PTK itu salah satunya adalah kolaboratif, jadi mhs calon guru boleh saja berkolabordgn guru utk menyesaikan masalah yg terjadi di kelas. Masalah yg akan diselesaikan sebaiknya masalah yg menaun, artinya masalah yg selalu terjadi setiap tahun, hal ini hanya guru yg tahu.
    Utk mas Huda; boleh tdknya skripsi bergantung penentu kebijakan, yaitu dosen pembimbing atau ketua jurusan. Mungkin bukan PTK atau tdk skripsinya, tetapi judul yg diajukan mhs ybs nggak up to date.

    BalasHapus
  10. Berkaitan dgn berapa siklus yg seharusnya dilakukan, bergantung dari hasil masing-masing. Siklus PTK tdk ada batasan yg pasti. Logikanya apabila sudah terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya sesuai dgn indikator, boleh saja siklus itu dihentikan. Jadi minimal 2 siklus. Tapi kalau peneliti merasa belum yakin apakah peningkatan siklus kedua terjadi karena tindakannya, boleh saja diteruskan ke siklus 3.

    BalasHapus
  11. Pak,apakah ada syarat tertentu sebuah PTK dikatakan berhasil atau tidak?

    BalasHapus
  12. Penelitian dikatakan berhasil apabila telah mencapai sasaran sesuai tujuan. Tujuan PTK biasanya ingin mngetahui peningkatan variabel tertentu dgn tindakan guru. Kalau hal tsb terjadi berarti PTKnya berhasil.

    BalasHapus
  13. Duwi Cahyani (NONONG) 6A9 Juni 2011 pukul 23.46

    pak Harto yang baik hati dan tdk sombong...
    sya mau tnya,,knp kbnyakan dalam ptk, instrumen yg kita buat setelah diujikan..hasilnya sering tidak valid???
    thanks pak....

    BalasHapus
  14. Instrumen yg baik mestinya diujicobakan lebih dulu sebelum dipakai utk penelitian. Instrumen yg baik hrs valid, reliabel dsb.

    BalasHapus
  15. Terimakasih pak atas jwban'y thdap pertanyaan saya...

    BalasHapus
  16. pak harto...........
    kalau Qt hanya mengamati pembelajaran guru di kelas itu boleh g' pak....n pa hal ini juga termasuk ke dalam PTK????
    misalnya Qt ingiN meNgetahui peNgaruh variasi style/ model mengajar guru di kelas terhadap motivasi belajar siswa..............

    BalasHapus
  17. maksud saya model mengajar guru yang berbeda....jadi, guru yG diamati lebih dari satu

    BalasHapus
  18. PTK adalah penelitian yg dilakukan utk mengamati perubahan variabel tertentu akibat tindakan yg dilakukan guru di "kelas" tertentu. Utk mengetahui pengaruh model mengajar guru, atau beberapa guru silakan gunakan penelitian eksperimen.

    BalasHapus
  19. Q masiH g' mudeNg iQ pak...
    kQ malah cocoke pake penelitian eksperimeN bukaN PTK....
    padahal kN sama-sama pengaruh model pengajaran guru terhadap motivasi belajar siswa.............

    BalasHapus
  20. ASSALAMU'ALAIKUM pak.... kebetulan saya membaca blog ini bersama teman sekamar saya yng di ampu bukan pak harto.... dy mengatakan kalo sebaiknya PTK dilakukan lebih dari 2 siklus?? benarkah demikian pak? mengapa?saya masih bingung mengenai model dan pendekatan penelitian pak,, terima kasih...

    BalasHapus
  21. Utk mbak Ana, ragam metode penelitian sangat banyak. Mau pakai yg mana? Tergantung tujuan dan permasalahan yang ingin diselesaikan.
    Utk mbak Asri, Sebaiknya lebih dari 2 siklus. Kalau hanya 2 siklus, biasanya peneliti belum yakin apakah peningkatan hasil karena tindakan atau karena yang lain.

    BalasHapus
  22. sbelum nya terima ksih untk solusi yang kemarin kemarin.setelah nyari-nyari di mbah gugeL,sudah ada bayangan sebuah masalah.spertinya masalah tersebut jadi masalah setiap siswa masa kini.dan sekarg jadi pikiran bagaimana cara mengolah masalah tersebut,smga jadi sebuah jdul skripsi yang bagus...

    BalasHapus
  23. setelah kuliah selesai kQ jadi sepi??????????
    pak harto, masiH menerima pertanyaan g pak?????????????

    BalasHapus
  24. Silakan ajukan pertanyaan mbka Ana. Yang ingin meneruskan blok ini jadi wahana komunikasi tentang penelitian akan saya dukung

    BalasHapus
  25. maaf pak...baru baca......
    kalau tuk sekarang yang ingin Q tanyakan
    apakah ada penenelitian eksperimen tidak menggunakan kelas kontrol?????????????
    kalau iya, batasan apa saja yang menyebabkan penelitian eksperimen tidak diperlukan menggunakan kelas kontrol?.terima kasih

    BalasHapus